Al-Kharaithi meriwayatkan dalam al-Hawatif dari Hamid bin Wahb dia berkata: Suatu saat Hindun bin ‘Utbah bin Rabi'ah menjadi isteri al-fakih bin al-Mughirah. Al-fakih adalah seorang pemuda dari kalangan Quraisy. Dia memiliki satu rumah khusus untuk tamu, dimana seseorang yang masuk ke dalamnya tidak perlu minta ijin. Suatu saat rumah itu kosong tanpa penghuni dan hanya Hindun dan al-Fakih yang ada di dalam rumah itu. Al-Fakih keluar dari rumah tadi untuk memenuhi beberapa keperluannya. Kemudian datang seseorang dan masuk ke dalam rumah itu. Tatkala dia melihat seorang wanita di tempat itu, dia melarikan diri. Dan saat itulah al-Fakih melihatnya. Dia kemudian pergi menemui Hindun dan menendang dengan kakinya. Dia berkata, “Siapa laki-Iaki yang barusan berada bersamamu?”
Hindun berkata, “Saya tidak melihat seorang pun dan saya tidak tahu hingga kau beritahukan kepadaku tentang orang itu.”
Al-Fakih berkata, “Jika begitu, pulanglah kamu ke keluargamu.” Orang-orang ramai membicarakan masalah ini. Akhirnya ayahnya menemuinya dan berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya orang-orang banyak membicarakan tentang kamu, maka ceritakanlah kepadaku masalah yang sebenarnya. Jika suamimu benar, maka akan saya utus seseorang untuk membunuhnya hingga orang-orang tidak lagi membicarakan masalah ini. Jika dia bohong maka akan kirim para ahli tenung dari Yaman untuk menghakiminya."
Maka, Hindun bersumpah kepada ayahnya dengan sumpah yang biasa diucapkan di zaman Jahiliyyah bahwa suaminya telah berbohong.
‘Utbah berkata kepada al-Fakih, “Sesungguhnya engkau telah menuduh anakku dengan tuduhan yang sangat berat. Maka marilah berhakim kepada para ahli tenung dari Yaman.”
Al-Fakih bersama beberapa orang Bani Makhzum keluar menuju Yaman. Sedangkan ‘Utbah pergi bersama beberapa orang dari Bani Abdi Manaf. Hindun bersama beberapa orang perempuan ikut dalam rombongan tadi. Tatkala mereka mendekati wilayah Yaman berubahlah keadaan Hindun dan berubah pula wajahnya. Ayahnya yang melihat perubahan ini berkata, “Wahai anakku, saya melihat perubahan terjadi padamu. Tentu saja ini terjadi karena adanya ketidaksukaan yang ada dalam dirimu.”
Hindun berkata, “Demi Tuhan, tidak wahai ayahanda, ini bukan karena adanya ketidaksukaan kepada diriku. Namun karena saya tahu bahwa kalian saat ini mendatangi orang yang bisa saja salah dan bisa juga benar. Maka saya khawatir jika dia harus menandaiku dengan tanda yang membuat saya tercela di hadapan orang-orang Arab.”
Ayahnya berkata, “Sesungguhnya saya akan mengujinya sebelum dia menebak masalahmu.”
Lalu dia memanggil kuda peliharaannya dengan siulan hingga dia mendekat. Lalu dia masukkan satu biji gandum ke dalam saluran kencingnya, dan dihimpit saat dia berjalan. Lalu rombongan itu datang menemui juru tenung di pagi hari. Sang juru tenung menyambut rombongan itu dengan menyembelih binatang. Tatakala menjelang siang, ‘Utbah berkata kepadanya, “Sesungguhnya kami datang kepadamu dengan satu masalah yang penting. Namun kami telah menyembunyikan sesuatu untuk menguji kehandalan anda dalam menebak. Maka tebaklah apakah yang kami sembunyikan itu?”
Sang juru tenung berkata, “Gandum yang disimpan di buah zakar!”
‘Utbah berkata, “Saya ingin yang lebih jelas daripada ini.”
Dia berkata, “Sebiji gandum yang disimpan di saluran kencing.” ‘Utbah berkata, “Anda benar! Kini tebaklah wanita ini!”
Maka mulailah dia mendekat kepada wanita tadi dan menepuk pundaknya seraya berkata, “Bangkitlah! Hingga akhirnya dia mendekati Hindun dan menepuk pundaknya sambil berkata, “Bangkitlah kau bukan perempuan jahat dan bukan pula pezina. Kau akan melahirkan seorang Raja yang bernama Mu'awiyah.”
Al-Fakih melihat kepadanya dan hendak mengapit tangannya, namun Hindun menepis tangannya dan berkata, “Jangan kau sentuh tanganku! Demi Allah, saya akan menjaganya sehingga anak itu bukan dari keturunanmu.”
Lalu kawinlah dia dengan Abu Sufyan dan lahirlah Mu'awiyah.
Sumber: Tarikh Khulafa'
Al-Fakih berkata, “Jika begitu, pulanglah kamu ke keluargamu.” Orang-orang ramai membicarakan masalah ini. Akhirnya ayahnya menemuinya dan berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya orang-orang banyak membicarakan tentang kamu, maka ceritakanlah kepadaku masalah yang sebenarnya. Jika suamimu benar, maka akan saya utus seseorang untuk membunuhnya hingga orang-orang tidak lagi membicarakan masalah ini. Jika dia bohong maka akan kirim para ahli tenung dari Yaman untuk menghakiminya."
Maka, Hindun bersumpah kepada ayahnya dengan sumpah yang biasa diucapkan di zaman Jahiliyyah bahwa suaminya telah berbohong.
‘Utbah berkata kepada al-Fakih, “Sesungguhnya engkau telah menuduh anakku dengan tuduhan yang sangat berat. Maka marilah berhakim kepada para ahli tenung dari Yaman.”
Al-Fakih bersama beberapa orang Bani Makhzum keluar menuju Yaman. Sedangkan ‘Utbah pergi bersama beberapa orang dari Bani Abdi Manaf. Hindun bersama beberapa orang perempuan ikut dalam rombongan tadi. Tatkala mereka mendekati wilayah Yaman berubahlah keadaan Hindun dan berubah pula wajahnya. Ayahnya yang melihat perubahan ini berkata, “Wahai anakku, saya melihat perubahan terjadi padamu. Tentu saja ini terjadi karena adanya ketidaksukaan yang ada dalam dirimu.”
Hindun berkata, “Demi Tuhan, tidak wahai ayahanda, ini bukan karena adanya ketidaksukaan kepada diriku. Namun karena saya tahu bahwa kalian saat ini mendatangi orang yang bisa saja salah dan bisa juga benar. Maka saya khawatir jika dia harus menandaiku dengan tanda yang membuat saya tercela di hadapan orang-orang Arab.”
Ayahnya berkata, “Sesungguhnya saya akan mengujinya sebelum dia menebak masalahmu.”
Lalu dia memanggil kuda peliharaannya dengan siulan hingga dia mendekat. Lalu dia masukkan satu biji gandum ke dalam saluran kencingnya, dan dihimpit saat dia berjalan. Lalu rombongan itu datang menemui juru tenung di pagi hari. Sang juru tenung menyambut rombongan itu dengan menyembelih binatang. Tatakala menjelang siang, ‘Utbah berkata kepadanya, “Sesungguhnya kami datang kepadamu dengan satu masalah yang penting. Namun kami telah menyembunyikan sesuatu untuk menguji kehandalan anda dalam menebak. Maka tebaklah apakah yang kami sembunyikan itu?”
Sang juru tenung berkata, “Gandum yang disimpan di buah zakar!”
‘Utbah berkata, “Saya ingin yang lebih jelas daripada ini.”
Dia berkata, “Sebiji gandum yang disimpan di saluran kencing.” ‘Utbah berkata, “Anda benar! Kini tebaklah wanita ini!”
Maka mulailah dia mendekat kepada wanita tadi dan menepuk pundaknya seraya berkata, “Bangkitlah! Hingga akhirnya dia mendekati Hindun dan menepuk pundaknya sambil berkata, “Bangkitlah kau bukan perempuan jahat dan bukan pula pezina. Kau akan melahirkan seorang Raja yang bernama Mu'awiyah.”
Al-Fakih melihat kepadanya dan hendak mengapit tangannya, namun Hindun menepis tangannya dan berkata, “Jangan kau sentuh tanganku! Demi Allah, saya akan menjaganya sehingga anak itu bukan dari keturunanmu.”
Lalu kawinlah dia dengan Abu Sufyan dan lahirlah Mu'awiyah.
Sumber: Tarikh Khulafa'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar